MATERI III
KETAHANAN NASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan seluruh
bangsa. Sudah sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau
bangsa lain, karena potensinya yang besar dilihat dari wilayahnya yang
luas dengan kekayaan alam yang banyak. Kenyataannya ancaman datang
tidak hanya dari luar, tetapi juga dari dalam. Terbukti, setelah
perjuangan bangsa tercapai dengan terbentuknya NKRI, ancaman dan
gangguan dari dalam juga timbul, dari yang bersifat kegiatan fisik
sampai yang idiologis. Meski demikian, bangsa Indonesia memegang satu
komitmen bersama untuk tegaknya negara kesatuan Indonesia. Dorongan
kesadaran bangsa yang dipengaruhi kondisi dan letak geografis dengan
dihadapkan pada lingkungan dunia yang serba berubah akan memberikan
motivasi dlam menciptakan suasana damai.
PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL
Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang
terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan
bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari
dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang
mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan
nasional.
Contoh Bentuk-bentuk ancaman menurut doktrin hankamnas (catur dharma
eka karma) :
1. Ancaman di dalam negeri
Contohnya adalah pemeberontakan dan subversi yang berasal atau
terbentuk dari masyarakat indonesia.
2. Ancama dari luar negeri
Contohnya adalah infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan
kolonialisme dan imperialisme serta invasi dari darat, udara dan laut
oleh musuh dari luar negri.
1. Pokok-Pokok Pikiran Landasan Konsepsi Ketahan Nasional
1.1. manusia budaya
Sebagai salah satu mahluk tuhan manusialah yang paling sempurna karena
memiliki naluri, kemampuan berpikir, akal, dan berbagai keterampilan
sehingga disebut manusia budaya. Manusia budaya senantiasa berjuang
memepertahankan, eksistansi, pertumbuhan, dan kelangsungan hidupnya.
Manusia budaya berkelompok , bermasyarakat, dengan berbagai batasan
menjadi suatubangsa yang berorganisasi dalam bentuk negara.
1.2 Tujuan nasional, ideologi negara, dan falsafah bangsa
Setiap bangsa mempunyai aspirasi langgeng, yaitu kesejahteraan dan
keamanan, sebagai pangkal tolak citacita yang ingin diwujudkan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sesuai dengan
nilai-nilai budaya, etik, serta tata lakunya. Cita-cita ini dirumuskan
dalam tujuan nasional.serangkaian cita-cita yang mendasar dan
menyeluruh ,serta saling berkaiatan merupakan sistem pemikiran yang
logis, berbentuk sistem nilaiyang diyakini kebenarannya, menjadi dasar
dalam menata masyarakat , dan memberikan arah serta perwujudan tujuan
nasional. Sistem nilaia ini ialah ideologi bangsa yang besumber pada
falsafah bangsa.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam paper ini akan dibahas beberapa masalah, diantaranya :
1. Bagaimana ancaman bagi negara Indonesia ?
2. Apa saja asas-asas ketahanan nasional ?
3. Bagaimana sifat-sifat ketahanan nasional ?
4. Bagaiman kedudukan dan fungsi ketahanan nasional ?
5. Bagaimana konsepsi ketahanan nasional ?
6. Bahasa sebagai Alat Pemersatu
7. Bahasa dan budaya
8. Komunikasi dan Interaksi Sosial
9. Kendala Bahasa Indonesia
10. Profil Masyarakat Perbatasan .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Beberapa Ancaman Dalam dan Luar Negeri
Beberapa ancaman dalam dan luar negeri telah dapat diatasi bangsa
Indonesia dengan adadnya tekad bersama-sama menggalang kesatuan dan
kecintaan bangsa. Berbagai pemberontakan PKI, RMS (Republik Maluku
Selatan), PRRI Permesta dan juga gerakan sparatis di Timor- Timur yang
pernah menyatakan dirinya berintegrasi dengan Indonesia, meskipun
akhirnya kenyataan politik menyebabkan lepasnya kembali daerah
tersebut. Ancaman sparatis dawasa ini ditunjukan dengan banyaknya
wilayah atau propinsi di Indonesia yang menginginkan dirinya merdeka
lepas dari Indonesia seperti Aceh, Riau, Irian Jaya, dan beberapa
daerah lain begitu pila beberapa aksi provokasi yang mengganggu
kestabilan kehidupan sampai terjadinya berbagai kerusuhan yang diwarnai
nuansa etnis dan agama dan gangguan dari luar adalah gangguan dari
negara lain yang ingin menguasai pulau-pulau kecil yang masih berada di
didalam wilayah NKRI namun dekat dengan wilayah negara lain. Bangsa
Indonesia telah berusaha menghadapi semua ini dengan semangat persatuan
dan keutuhan, meskipun demikian gangguan dan ancaman akan terus ada
selama perjalanan bangsa, maka diperlukan kondisi dinamis bangsa yang
dapat mengantisipasi keadaan apapun terjadi dinegara ini.
2.2 Asas – Asas Ketahanan Nasional
Asas ketahanan nasional adalah tata laku yang didasari nilai-nilai yang
tersusun berlandaskan Pancasil, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara.
Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut (Lemhannas, 2000: 99 – 11).
a) . Asas kesejahtraan dan keamanan
Asas ini merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan wajib dipenuhi
bagi individu maupun masyarakat atau kelompok. Didalam kehidupan
nasional berbangsa dan bernegara, unsur kesejahteraan dan keamanan ini
biasanya menjadi tolak ukur bagi mantap/tidaknya ketahanan nasional.
b). Asas komprehensif/menyeluruh terpadu
Artinya, ketahanan nasional mencakup seluruh aspek kehidupan.
Aspek-aspek tersebut berkaitan dalam bentuk persatuan dan perpaduan
secara selaras, serasi, dan seimbang.
c). Asas kekeluargaan
Asas ini bersikap keadilan, kebersamaan, kesamaan, gotong royong,
tenggang rasa dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Dalam hal hidup dengan asas kekeluargaan ini
diakui adanya perbedaan, dan kenyataan real ini dikembangkan secara
serasi dalam kehidupan kemitraan dan dijaga dari konflik yang bersifat
merusak/destruktif.
2.3 Sifat-sifat Ketahanan Nasional
Beberapa sifat ketahanan nasional yang ada mingkin akan kami jabarkan
seperti dibawah ini :
Mandiri
Maksudnya adalah percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dan tidak
mudah menyerah. Sifat ini merupakan prasyarat untuk menjalin suatu
kerjasama. Kerjasama perlu dilandasi oleh sifat kemandirian, bukan
semata-mata tergantung oleh pihak lain
Dinamis
Artinya tidak tetap, naik turun tergantung situasi dan kondisi bangsa
dan negara serta lingkungan strategisnya. Dinamika ini selalu
diorientasikan kemasa depan dan diarahkan pada kondisi yang lebih baik.
Wibawa
Keberhasilan pembinaan ketahanan nasional yang berlanjut dan
berkesinambungan tetap dalam rangka meningkatkan kekuatan dan kemampuan
bangsa. Dengan ini diharapkan agar bangsa Indonesia mempunyai harga
diri dan diperhatikan oleh bangsa lain sesuai dengan kualitas yang
melekat padanya. Atas dasar pemikiran diatas, maka berlaku logika,
semakin tinggi tingkat ketahanan nasional, maka akan semakin tinggi
wibawa negara dan pemerintah sebagai penyelenggara kehidupan nasional.
Konsultasi dan kerjasama
Hal ini dimaksudkan adanya saling menghargai dengan mengandalkan pada
moral dan kepribadian bangsa. Hubungan
kedua belah pihak perlu diselenggarakan secara komunikatif sehingga ada
keterbukaan dalam melihat kondisi masing-masing didalam rangka hubungan
ini diharapkan tidak ada usaha mengutamakan konfrontasi serta tidak ada
hasrat mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata.
2.4 Kedudukan dan Fungsi Ketahanan Nasional
Kedudukan dan fungsi ketahanan nasional dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a). Kedudukan :
ketahanan nasional merupakan suatu ajaran yang diyakini kebenarannya
oleh seluruh bangsa Indonesia serta merupakan cara terbaik yang perlu
di implementasikan secara berlanjut dalam rangka membina kondisi
kehidupan nasional yang ingin diwujudkan, wawasan nusantara dan
ketahanan nasional berkedudukan sebagai landasan konseptual, yang
didasari oleh Pancasil sebagai landasan ideal dan UUD sebagai landasan
konstisional dalam paradigma pembangunan nasional.
b). Fungsi :
Ketahanan nasional nasional dalam fungsinya sebagai doktrin dasar
nasional perlu dipahami untuk menjamin tetap terjadinya pola pikir,
pola sikap, pola tindak dan pola kerja dalam menyatukan langkah bangsa
yang bersifat inter – regional (wilayah), inter – sektoral maupun multi
disiplin. Konsep doktriner ini perlu supaya tidak ada cara berfikir
yang terkotak-kotak (sektoral). Satu alasan adalah bahwa bila
penyimpangan terjadi, maka akan timbul pemborosan waktu, tenaga dan
sarana, yang bahkan berpotensi dalam cita-cita nasional. Ketahanan
nasional juga berfungsi sebagai pola dasar pembangunan nasional. Pada
hakikatnya merupakan arah dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunman
nasional disegala bidang dan sektor pembangunan secara terpadu, yang
dilaksanakan sesuai dengan rancangan program.
2.5 Ketahanan Nasional dan Konsepsi Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang meliputi
segenap kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional
dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan
gangguan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar, untuk menjamin
identitas, integrasi dan kelangsungan hidup bangsa dan negar serta
perjuangan mencapai tujuan nasional dapat dijelaskan seperti dibawah
ini :
Ketangguhan
Adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang atau sesuatu dapat bertahan,
kuat menderita atau dapat menanggulangi beban yang dipikulnya.
Keuletan
Adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang keras dalam menggunakan
kemampuan tersebut diatas untuk mencapai tujuan.
Identitas
Yaitu ciri khas suatu bangsa atau negara dilihat secara keseluruhan.
Negara dilihat dalam pengertian sebagai suatu organisasi masyarakat
yang dibatasi oleh wilayah dengan penduduk, sejarah, pemerintahan, dan
tujuan nasional serta dengan peran internasionalnya.
Integritas
Yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu bangsa baik
unsur sosial maupun alamiah, baik bersifat potensional maupun
fungsional.
Ancaman
Yang dimaksud disini adalah hal/usaha yang bersifat mengubah atau
merombak kebijaksanaan dan usaha ini dilakukan secara konseptual,
kriminal dan politis.
Hambatan dan gangguan
Adalah hal atau usaha yang berasal dari luar dan dari diri sendiri yang
bersifat dan bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak
konsepsional.
2.6 Bahasa sebagai alat pemersatu bangsa
Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi paling penting dalam dunia
pendidikan,perhubungan tingkat nasional,pembangunan budaya,dan
pemanfaatan iptek modern. Hal itu telah mengakibatkan bahasa Indonesia
harus terus ditata dan dikembangkan agar tetap berperan sebagai alat
komunikasi yang mantap dalam berbagai ranah pemakaiannya, seperti ranah
sosial, politik, hukum, ekonomi, keuangan, perdagangan, dan industri.
Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah
mencapai perkembangan yang luar biasa, baik dari segi jumlah
penggunanya, maupun dari segi sistemtata bahasa dan kosakata serta
maknanya. Sekarang bahasa Indonesia telah menjadi bahasa besar yang
digunakan dan dipelajari tidak hanya di seluruh Indonesia, tetapi juga
di manca negara. Untuk itu, warga Indonesia perlu disadarkan akan
kenyataan ini, ditingkatkan kebanggaannya terhadap bahasa nasional,
ditingkatkan kesadarannya akan kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara, serta fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa lingua
franka yang berpotensi untuk mempersatukan seluruh bangsa. NKRI yang
wilayahnya sangat luas dan merupakan negara kepulauan, ± 19.000 pulau,
dengan penduduk yang terdiri atas berbagai suku dan bahasa daerah tentu
berlatar belakang budaya yang bermacam-macam akan mengalami masalah
besar dalam melangsungkan kehidupannya. Perbedaan dapat memecah belah
bangsa tersebut.
Dengan adanya bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa nasional oleh
semua suku bangsa yang ada, perpecahan itu dapat dihindari karena
suku-suku bangsa tersebut merasa satu. Kalau tidak ada sebuah bahasa,
seperti bahasa Indonesia, yang bisa menyatukan suku-suku bangsayang
berbeda, akan banyak muncul masalah perpecahan bangsa. Wilayah NKRI
berbatasan dengan negara-negara lain, misalnya dengan Malaysia,
Singapura, Brunei Darusalam, Filipina, dan Timor Leste.Salah satu yang
banyak menimbulkan gesekan adalah di wilayah Batam yang berbatasan
langsung dengan Singapura dan Malaysia. Latar belakang budaya yang
tidak sama di wilayah perbatasan tersebut dapat mengancam kedaulatan
negara dan ketahanan nasional. Berbagai upaya telah dilakukan walaupun
belum maksimal dan efektif, sehingga situasi di perbatasan masih rawan.
Upaya yang telah dilakukan adalah melalui kekuatan militer dan
diplomatik. Selain itu, upaya lain pun harus dicari agar berbagai upaya
tadi secara simultan dapat menciptakan keutuhan dan ketahanan nasional
semakin mantap. Sehubungan dengan hal di atas, dilakukanlah sebuah
penelitian, yang mencoba mencari upaya dari sisi lain, yaitu melalui
pendekatan kebahasaan. Dasar pemikirannya adalah bahasa menunjukkan
bangsa, bahasa adalah produk budaya, bahasa gambaran karakter pendukung
budaya itu. Melalui penelitian kebahasaan ini upaya apa yang dapat
dilakukan agar ketahanan nasional NKRI di wilayah perbatasan semakin
mantap. Penelitian tersebut menyangkut pemakaian bahasa Indonesia
sehari-hari yang menggambarkan karakter penutur bahasa dan penggunaan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Pedomannya adalah cinta
bangsa cinta bahasanya. Beberapa pertanyaan patut diajukan, yaitu
strategi macam apa yang perlu dilakukan untuk memantapkan ketahanan
nasional pada masyarakat perbatasan di Batam melalui pendekatan
kebahasaan. Untuk keperluan ini diperlukan data kebahasaan pada
masyarakat itu. Bahasa apa yang digunakan mereka seharihari. Bagaimana
bahasa mereka dilihat dari aspek sosiokultural. Akhirnya apa yang harus
dilakukan untuk meningkatkan pembinaan bahasa Indonesia yang mengarah
pada cinta bangsa dan tanah air. Dengan demikian, ketahanan nasional
dan keutuhan bangsa akan tercipta. Penelitian ini bertujuan menemukan
langkah yang tepat untuk memantapkan ketahanan nasional dan keutuhan
wilayah NKRI dengan pendekatan kebahasaan pada masyarakat perbatasan di
Batam. Anggapan dasar yang digunakan adalah dengan menganalisis
bahasanya dapat diketahui karakter penutur bahasa itu. Dengan memahami
karakter masyarakat tersebut dapat ditentukan strategi apa yang
dilakukan agar pembinaan atau pemasyarakatan bahasa Indonesia dapat
terbina sehingga muncul kesadaran akan cinta bangsa dan tanah air
Indonesia. Teori yang melandasi penelitian ini setidaknya terdiri atas
tiga bidang keilmuan. Pertama teori yang menyangkut kebahasaan
(khususnya sosiolinguistik); kedua sosiologiantropologi khususnya
budaya); ketiga, ilmu komunikasi (khususnya dinamika komunikasi).
Sosiolinguistik adalah ilmu yang mengkaji semua aspek dan struktur
penggunaan bahasa yang berkaitan dengan fungsi sosial dan kultural
(budaya). Sehubungan dengan itu, antara budaya dan bahasa sangat erat
hubungannya, bahkan bahasa dapat membuat budaya tersendiri seperti
teori di bawah ini. (1) Kesetiaan suatu kelompok terhadap bahasa dapat
merupakan senjata ampuh untuk menggerakkan kelompok dan sering
digunakan untuk mencari keuntungan politik. (2) Banyak dikhawatirkan
kesetiaan terhadap bahasa dapat lebih kuat daripada kesetiaan nasional.
(3) Rasa kebersamaan sangat erat hubungannya dengan penggunaan bahasa
yang sama. (4) Wilayah tapal batas merupakan asal mula terjadinya
keanekaragaman berbahasa. Berdasarkan teori di atas dapat ditarik
sebuah hipotesis bahwa bahasa sangat berperan dalam memantapkan dan
meningkatkan ketahanan NKRI. Untuk mewujudkan kondisi di atas sangat
diperlukan teknik komunikasi persuasif (melalui kebahasaan juga) yang
efektif dan efisien. 2.7 Bahasa dan budaya Bahasa dan Budaya Kebiasaan
sebagian masyarakat,seperti terlihat pada masyarakat perbatasan yang
menggunakan campuran bahasa Indonesia dan Inggris, belum dapat
dikategorikan sebagai gejala yang membahayakan semangat persatuan
bangsa bila dilihat dari sifat hubungan formal dan akrab. Gejala
kebahasaan demikian lazim terjadi dalam masyarakat dwibahasa. Dalam
kasus tertentu mungkin dapat dipandang sebagai kreativitas ekspresif
kelompok masyarakat yang bersangkutan. Namun, apabila pemakaian bahasa
campuran itu lebih cenderung mencerminkan kurangnya rasa
tanggung jawab dalam berbahasa dan lebih berorientasi pada kebudayaan
asing, ketahanan nasional dapat terancam. Kendurnya semangat nasional
pada sebagian kalangan masyarakat pada hakikatnya merupakan masalah
politik. Hal ini tercermin dalam perilaku berbahasa. Pemakaian bahasa
campuran itu bukan karena kecerobohan, melainkankarena kurangnya
penguasaan bahasa Indonesia bagi sebagian besar mereka yang telah
memperoleh pendidikannya, tetapi penguasaan bahasa Indonesianya secara
lisan apalagi tertulis masih jauh di bawah mutu yang seharusnya. Bila
tetap dibiarkan akan dapat menjadi tendensi regresif dalam peran bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan. Gillin dalam Soekanto (2002:71-104)
menjelaskan ada dua golongan proses sosial sebagai akibat interaksi
sosial, yaitu proses asosiatif dan proses disasosiatif. Proses
asosiatif adalahsebuah proses yang terjadi saling mengerti dan kerja
sama timbal balik antara orang per orang atau kelompok satu dengan yang
lainnya. Proses asosiatif tersebut antara lain, kerja sama dan
akomodasi. Beberapa bentuk kerja sama adalah gotong- royong dan kerja
bakti, bargaining, co-optation, coalition, joint-venture. Adapun
akomodasi menurut Bungin (2006:60) adalah proses sosial yang memiliki
dua makna, (a) proses sosial yang menunjukkan pada suatu keadaan yang
seimbang (equilibrium) dalam interaksi sosial antara individu dan
antarkelompok dalam masyarakat, terutama yang menyangkut norma-norma
dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalammasyarakat tersebut; (b)
menuju pada suatu proses yang sedang berlangsung, misalnya meredakan
pertentangan yang Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 Tahun 7, April 2008
336 Pemantapan Ketahanan Nasional NKRI Melalui Pendekatan Kebahasaan
terjadi di masyarakat. Bentukbentuk akomodasi adalah
coercion,compromise, mediation,conciliation, toleration, stalemate, dan
adjudication. Proses akomodasi berlanjut pada proses asimilasi, yaitu
proses pencampuran dua atau lebih budaya yang berbeda sebagai akibat
dari proses sosial, yang kemudian menghasilkan budaya sendiri yang
berbeda dengan budaya asalnya. Bungin (2006:62) menjelaskan proses
asimilasi terjadi apabila ada (1) kelompok-kelompok yang berbeda
kebudayaannya, (2) individu sebagai warga kelompok bergaul secara
intensif untuk waktu yang relatif lama, (3) kebudayaan dari
masing-masing kelompok saling menyesuaikan terakomodasi satu dengan
lainnya, (4) menghasilkan budaya baru yang berbeda dengan budaya
induknya. Proses asimilasi ini penting dalam kehidupan masyarakat yang
individunya berbeda secara kultural. Proses sosial
disasosiatifmerupakan proses perlawanan yang dilakukan
individu-individu dan kelompok dalam proses sosial di antara mereka
pada suatu masyarakat. Bentukbentuk proses ini adalah persaingan,
kontroversi, dan konflik. Persaingan adalah proses sosial individu atau
kelompok berjuang dan bersaing mencari keuntungan pada bidang kehidupan
yang menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik
namun tanpa ancaman dan kekerasan. Kontrovesi adalah fenomena yang
menggambarkan persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Konflik
adalah proses sosial individu atau kelompok yang menyadari memiliki
perbedaan, misalnya ciri badaniah, emosi, unsur-unsur kebudayaan,
polapola perilaku, prinsip, politik, ideologi, atau kepentingan dengan
pihak lain. Perbedaan ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang
ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian. Bahasa merupakan
gejala sosial dan gejala kebudayaan, karena setiap masyarakat pasti
memiliki kebudayaan tertentu. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh
Hudson (1980) the study of language in relation to society. Di
Indonesia, Nababan (1984) mengatakan bahwa sebagai anggota masyarakat
terikat oleh nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya masyarakat,
termasuk nilai-nilai ketika anggota masyarakat menggunakan bahasa.
Budaya nasional yang supraetnis, berdasarkan hakikat unsur dan proses
pembentuknya, harus mempunyai daya cakup yang luas sehingga meliputi
seluruh rakyat dan wilayah Indonesia. Dalam lingkungan budaya nasional
yang supraetnis demikian, setiap orang Indonesia tidak mendapat
perlakuan diskriminatif. Budaya demikian diharapkan dapat memberikan
rasa kesatuan dan persatuan bagi setiap WNI, yang merupakan perekat
yang sangat diperlukan, terutama akhir-akhir ini, ketika marak
terdengar keinginan kelompok-kelompok tertentu di tanah air untuk
memisahkan diri dalam negaranegara bagian. Unsur budaya yang dapat
berperan demikian ialah bahasa Indonesia. Sebagai perekat budaya
nasional bahasa Indonesia (berasal dari bahasa Melayu) bukanlah
pemberian atau hadiah dari kelompok mana pun, juga bukan pemberian para
penutur asli bahasa Melayu yang terdapat di wilayah Jurnal
Sosioteknologi Edisi 13 Tahun 7, April 2008 337 Pemantapan Ketahanan
Nasional NKRI Melalui Pendekatan Kebahasaan Indonesia. Ia adalah
kesepakatan para pejuang untuk mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa
persatuan untuk bangsa Indonesia melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
2.8 . Komunikasi dan Interaksi Sosial
Dalam memasuki era globalisasi, bangsa Indonesia yang sangat majemuk
ini harus mempersiapkan diri demi kelangsungan hidupnya. Untuk itu, ada
beberapa hal yang perlu diketahui antara lain, gambaran kehidupan di
era globalisasi, tuntutan dan peluang apa saja yang ada di dalamnya dan
bagaimana meresponsnya. Untuk itu, perlu diadakan tinjauan budaya untuk
mengetahui apakah budaya Indonesia yang ada sekarang ini sudah siap
mengahadapi era globalisasi. Budaya yang dapat menghadapi tuntutan
seperti itu adalah budaya yang tangguh, sehingga ia dapat menghimpun
potensi dari seluruh rakyat yang majemuk untuk menghadapi tantangan
dari luar. Semua potensi yang terdapat dalam masyarakat Indonesia
hendaknya dapat ditampung dalam wadah yang disebut budaya nasional
Indonesia, yaitu budaya yang mengakui kebinekaan yang terdiri atas
budaya budaya etnis.Kemajuan di bidang komunikasi dan transportasi
membuat dunia makin terbuka dan batas-batas atau sekat-sekat yang
memisahkan satu bangsa dari bangsa lain makin memudar,
memaksamasyarakat Indonesia untuk bergaul dengan masyarakat negara
lain. Agar manusia Indonesia dapat bergaul dan berfungsi sebagai warga
negara secara efektif dalam masyarakat Indonesia modern, ia perlu
memperhatikan dan mengindahkan nilai-nilai yang diyakini dan dianut
oleh pemikiran modern dewasa ini, antara lain, nilai-nilai yang
terdapat dalam konsep demokrasi. Terjadinya konflik nilai dalam
kelompok masyarakat budaya Indonesia dewasa ini dapat diamati dan sudah
dapat diramalkan. Konflik itu dapat terbuka dan dapat pula terpendam.
Di satu sisi dipaksa untuk mengikuti nilainilai atau norma-norma yang
baru, dan di sisi lain masih terikat dengan nilainilai atau norma-norma
tradisional. Peran Bahasa dan Budaya dalam Ketahanan Nasional Negara
yang aneka bahasa mempunyai masalah lebih banyak dibanding dengan
negara ekabahasa. Pada tataran praktis, kesulitan komunikasi dalam
suatu negara dapat menjadi rintangan bagi kehidupan ekonomi dan
industri serta gangguan sosial. Beberapa ahli meneliti masalah tersebut
dengan menganalisis beberapa negara atas dasar jumlah bahasa dan
pendapatan domestik bruto (GDP), yaitu Pool (1972); dan Fishman (1968).
Negara yang secara linguistik homogen biasanya secara ekonomi
berkembang (maju) dan keseragaman bahasa dan keadaan ekonomi dapat
saling mendorong. Asal mula keanekabahasaan bisa terjadi di wilayah
perbatasan. Masalah seperti itu di Indonesia cukup banyak. Migrasi
orang Melayu dari Indonesia bagian barat ke seluruh wilayah tanah air,
terutama di wilayah pantai menumbuhkan kelompok-kelompok penutur bahasa
Melayu. Apa peran bahasa dalam mempersatukan bangsa? Hal ini diawali
dengan mengaitkan bahasa dengan Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 Tahun 7,
April 2008 338 Pemantapan Ketahanan Nasional NKRI Melalui Pendekatan
Kebahasaan nasionisme dan nasionalisme. Argumentasi yang dikemukakan
adalah bahasa yang dapat memegang peran dalam upaya mempersatukan
bangsa adalah bahasa Indonesia sebab bahasa Indonesia bersama Pancasila
dan kesamaan sejarah merupakan komponen nasional Indonesia. Argumentasi
lain (Gunarwan, 2000:51) adalah bahwa bahasa asing, terutama bahasa
Inggris mempunyai potensi melemahkan rasa nasionalisme Indonesia.
Alasannya adalah bahwa ada anggapan bahasa Inggris lebih bergengsi
daripada bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dapat mempengaruhi
keterkaitan sentimental orang Indonesia pada bahasa Indonesia. Bangsa
Indonesia dewasa ini sedang dirundung ancaman perpecahan karena
bahasa-bahasa di Indonesia dapat dibedakan menurut status masingmasing,
menjadi bahasa nasional (bahasa Indonesia), bahasa daerah, dan bahasa
asing (terutama bahasa Inggris). Apa peran masing-masing dalam
mempersatukan bangsa ini? Atas dasar pemikiran bahwa bahasa Indonesia
bersama Pancasila dan sejarah bangsa adalah perekat sosial bangsa ini,
apa yang perlu kita lakukan agar bahasa Indonesia dapat berperan secara
optimalsebagai pemersatu bangsa Indonesia? Fishman (1972), dalam Fasold
(1984:2-7) memakai dua istilah untuk menjelaskan peran bahasa dalam
satuan politico-teritorial yang disebut nasion.Kedua istilah itu adalah
nasionisme dan nasionalisme. Nasionisme berkaitan dengan efisiensi
penyelenggaraan pemerintahan dalam arti luas. Nasionalisme yakni satuan
sosiokultural yang terdiri atas orang-orang
sebagai anggota suatu satuan sosial yang berbeda dengan
kelompok-kelompok lain. Peran bahasa dalam nasionisme berbeda dari
peran bahasa dalamnasionalisme. Menurut Fishman, bahasa memegang peran
penting seperti kebudayaan, agama, dan sejarah ‘language serves a link
with ‘the glorious post’ and with authencity (Fasold, 1984:3),
sedangkan Garvin dan Mathiot (1956) peran bahasa dalam kaitannya dengan
nasionalisme adalah fungsi pemersatu (unifying) dan pemisah
(separatist). Fungsi pemersatu mengacu pada perasaan para anggota suatu
nasionalitas bahwa mereka disatupadukan serta diidentifikasikan dengan
orang-orang lain yang menggunakan bahasa yang sama. Fungsi yang kedua
merujuk ke perasaan para anggota nasionalitas bahwa mereka berbeda dan
terpisah dari orang-orang yang berbahasa lain. Dalam kaitannya dengan
bahasa Indonesia, tampaknya fungsi yang pertama itulah yang perlu
dibina agar semua warga yang berbahasa Indonesia, merasa anggota satu
bangsa yang sama. 2.9 Kendala Bahasa Indonesia
Sebagai Penguat Ketahanan Bangsa Dalam konteks dua bahasa (atau lebih)
tidak dapat dilepaskan dari kata persaingan. Yang dipersaingkan oleh
anggota masyarakat baik untuk dipelajari maupun untuk digunakan adalah
bahasa. Dalam bahasa Indonesia yang multilingual ini, tentu saja ada
persaingan baik antara bahasa Indonesia-bahasa Inggris, maupun bahasa
Indonesia--bahasa daerah. Dalam hal ini, penulis akan membahas
persaingan bahasa Indonesia- bahasa Inggris. Jurnal Sosioteknologi
Edisi 13 Tahun 7, April 2008 339 Pemantapan Ketahanan Nasional NKRI
Melalui Pendekatan KebahasaanDewasa ini kita sedang berada dalam era
globalisasi yang menurut Waters (1995:3) mengacu ke proses sosial “. .
. in which the constraints of geography on social and cultural
arrangements recede and in which people become aware that they are
receding”. Simatupang (2000:54) mengatakan “Apabila proses itu
terwujud, yang ada adalah masyarakat dunia terglobal yaitu “one
community and one culture . . . which may be harmoniously or
disharmoniously integrated”. Masyarakat seperti ini ditandai oleh
mengaburnya batas-batas negara. Implikasinya apa pun yang dihasilkan
suatu negara akan diukur berdasarkan keunggulan kompetitifnya; timbul
persaingan di antara bangsabangsa. Bangsa yang menang adalah bangsa
yang memiliki sumber dayamanusia yang berkualitas (memiliki disiplin
yang tinggi, etos kerja yang baik, wawasan jauh ke depan, dan bangsa
yang menguasai suatu bahasa untuk komunikasi yang lebih luas).
Menggunakan konsep geolinguistik Mackey (1973), Gunarwan (1999)
menghitung kekuatan bahasa Indonesia sukar keluar dari wilayah
tradisional bahasa Melayu untuk menjadi bahasa komunikasi yang lebih
luas. Untuk menjadi anggota masyarakat global, masyarakat Indonesia
harus menguasai bahasa Inggris. Misalnya, untuk mengakses teknologi
yang perkembangannya sangat pesatdibutuhkan bahasa Inggris. Oleh karena
itu, di kalangan orang Indonesia terjadi persaingan bahasa. Bila
dilihat dari konsep geopolitik Gunarwan, bahasa Inggris mengancam
kedudukan bahasaIndonesia. Dengan asumsi, semakin pentingnya bahasa
Inggris di kalangan orang Indonesia dapat mengurangi loyalitas orang
Indonesia kepada bahasa Indonesia. Nasionalisme kita adalah
nasionalisme endoglosik (berdasarkan bahasa yang berasal dari wilayah
Indonesia), menurunnya loyalitas (berwujud menurunnya hormat atau
ikatan sentimental kita terhadap bahasa Indonesia) dapat menurunkan
kadar nasionalisme orang Indonesia. Apalagi, ada kecenderungan dalam
masyarakat Indonesia bahwa bahasa Inggris lebih bergengsi. Hal ini
tampaknya tidak akan berpengaruh pada fungsi formal bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara. Yang akan terpengaruh adalah fungsi bahasa
Indonesia sebagai lambang nasionalisme Indonesia karena dari adanya
petunjuk bahwa bahasa Inggris cenderung dinilai lebih tinggi daripada
bahasa Indonesia dapat diinferensikan bahwa salah satu “menjunjung
bahasa persatuan” menjadi kurang terwujud junjungannya. 6. Bahasa
sebagai Perekat Persatuan Tidak semua bahasa yang ada pada suatu negara
berperan sebagai pemersatu bangsa. Di Indonesia ada bahasa Inggris dan
bahasa daerah yang berpotensi melemahkan persatuan bangsa. Yang dapat
berperan sebagai pemersatu bangsa adalah bahasa Indonesia. Implikasinya
bahwa bahasa nasional harus terus dipelihara dalam arti bahwa pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia terus dilakukan. Di samping
peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia oleh orang Indonesia,
perlu diperhatikan juga Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 Tahun 7, April
2008 340 Pemantapan Ketahanan Nasional NKRI Melalui Pendekatan
Kebahasaan sikap rasa cinta orang Indonesia pada bahasa Indonesia.
Pengembangan bahasa Indonesia menjadi bahasa yang sejajar dengan
bahasa-bahasa modern. Bahasa modern memiliki ciri kemudahan dan presisi
pengungkapan makna.
Disiplin berbahasa pada orang Indonesia pun masih rendah. Salah satu
cara adalah melalui lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak
hingga perguruan tinggi. Bahkan tanggung jawab pengembangan berbahasa
bukan hanya tugas guru atau pengajar bahasa Indonesia tetapi tugas
seluruh masyarakat. Yang menjadi potensi kendala penanaman sikap
positif dan rasa cinta bahasa Indonesia adalah bahasa Inggris. Asumsi
tersebut didasarkan pada argumentasi bahwa bahasa tersebut dinilai
lebih tinggi daripada bahasa Indonesia. Hal ini, ada kaitannya dengan
kecenderungan yang kuat di antara orang Indonesia pada umumnya bahwa
yang dari “sana” dinilai lebih daripada yang dari “sini”, apakah itu
film, musik,mode pakaian, tari-tarian, atau makanan. Penjunjungan
bahasa Inggris yang lebih tinggi daripada bahasa Indonesia sebenarnya
mengingkari Sumpah Pemuda. Hal ini, akan menimbulkan sikap
keinggris-inggrisan atau keamerika-amerikaan yang jika menebal akan
melunturkan warna bahasa Indonesia sebagai lambang kepribadian bangsa.
Gunarwan(2000:67) mengatakan bahwa lunturnya warna bahasa Indonesia
sebagai lambang kepribadian bangsa dapat mengubah warna kebudayaan
Indonesia, dan akhirnya kebudayaan nasional pun dapat terjajah.Bahkan,
dapat mengurangi rasa kebangsaan kita. Pengembangan bahasa Indonesia
dilakukan melalui a) penyuluhan bahasa Indonesia (pemasaran hasil
perencanaan bahasa) lebih ditingkatkan; b) disiplin berbahasa, seperti
gerakan britania language across the curriculum. Penanaman cinta
terhadap bahasa Indonesia akan berdampak pula pada rasa nasionalisme
secara tidak langsung. Cinta bahasa cinta bangsa; cinta bangsa
menciptakan ketahanan nasional; ketahanan nasional menciptakan keutuhan
bangsa dan wilayah NKRI. 2.10 Profil Masyarakat Perbatasan Kota Batam
merupakan wilayah yang berbatasan dengan Singapura. Kota Batam dibentuk
berdasarkan UU No.53 tahun 1999, dengan luas wilayah daratan 969 km2
dan lautan 601,35 km2 dan jumlah penduduk 727.878 jiwa (Agustus 2007).
Pertumbuhan ekonomi Kota Batam lebih tinggi dibanding dengan laju
pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, wilayah ini menjadi
wilayah andalan bagi pemacu pertumbuhan ekonomi nasional. Laju
petumbuhan ekonomi Kota Batamdidominasi sektor industri pengolahan
sebesar 63,25%, sektor lain adalah perdagangan, hotel dan restoran,
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sektor industri merupakan
sektor yang paling menonjol sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah
dalammengembangkan Pulau Batam menjadi kawasan industri, perdagangan,
alih kapal dan pariwisata. Produksi perikanan laut tahun 2005 tercatat
30.144 ton. Hal ini Jurnal Sosioteknologi Edisi 13 Tahun 7, April 2008
341 Pemantapan Ketahanan Nasional NKRI Melalui Pendekatan Kebahasaan
dipengaruhi banyaknya armada penangkap ikan yang beroperasi. Armada
penangkap ikan yang beroperasi tercatat sebanyak 6.619 buah. Kota Batam
sebagai kota pariwisata menjanjikan aneka bentuk sarana wisata laut dan
pantai, wisata seni dan budaya, wisata belanja, wisata ekonomi dan
konferensi, serta wisata kemanusiaan. Hal ini didukung tersedianya
fasilitas hotel dan resort dengan standar internasional. Jumlah
wisatawan mancanegara ke batam terbanyak adalah dari
Singapura,Malaysia, Korea Selatan, dan Jepang. -Bahasa dan Etnis
Masyarakat Perbatasan Kota Batam Penduduk masyarakat perbatasan terdiri
atas berbagai kelompok etnis seperti halnya masyarakat Kota Batam pada
umumnya yaitu: Melayu, Bugis, jawa, Sunda, Arab, Tionghoa, Padang,
Batak, Flores, dan Banjar. Bahasa yang digunakan masyarakat perbatasan
untuk sehari-hari dalam pergaulan antaretnis adalah bahasa melayu.
Bahasa yang digunakan untuk pergaulan dalam kelompok etnisnya adalah
bahasa daerah masing-masing (Melayu, Bugis, Jawa, Bugis, dll.). Untuk
situasi resmi atauberhubungan dengan masyarakat luar adalah bahasa
Indonesia yang masih tampak kuat pengaruh bahasa daerahnya berupa
logat/ucapan dan perbendaharaan kata. Seperti halnya bahasa seorang
responden yang masih kental pengaruh bahasa Jawa karena dia berasal
Jawa Timur (Banyuwangi). Pekerjaannya sebagai pedagang (warung nasi).
Dia masih senang menonton televisi nasional/swasta (Indonesia) sebagai
sumber informasi dan hiburan. Demikian pula responden lain tukang
pancung (alat transportasi berupa sampan ) yang merupakan penduduk
asli, etnis Melayu keturunan Bugis. Beberapa di antara penduduk ada
yang sedikit tahu bahasa Inggris misalnya
waktu diwawancara, terlontar kata time, second, trip, dll. Hal ini
dimungkinkan karena datangnya wisatawan asing ke daerah itu. -
Interaksi Sosial - Budaya Masyarakat Perbatasan Kota Batam Berdasarkan
informasi, penduduk Batam yang terdiri atas berbagai kelompok etnis,
kehidupan sosial penduduk setempat aman-aman saja tanpa friksi atau
konflik yang terjadi. Budaya Melayu masih kuat , tetapi berbeda dari
budaya Melayu Malaysia. Dalam hal interaksi sosial,telah terjadi
perkawinan/percampurandarah di antara berbagai etnis ( Melayu, Bugis,
Jawa, Flores, dll.). Hubungannya dengan warga asing telah terjadi
interaksi sosial antarwarga masyarakat perbatasan dengan warga
Singapura(keturunan Melayu) karena hubungan kekerabatan. Lebih jauh
lagi telah terjadi pernikahan antara orang Singapura (Melayu) dengan
penduduk setempat. Lain halnya dengan daerah yang mayoritas etnis Bugis
(selain Melayu, Jawa,dll) kontak sosial dengan masyarakat luar
(Singapura dan Malaysia) boleh dikatakan hampir tidak ada. Penduduk
Batam yang terdiri atas berbagai kelompok etnis, kehidupan Jurnal
Sosioteknologi Edisi 13 Tahun 7, April 2008 342 Pemantapan Ketahanan
Nasional NKRI Melalui Pendekatan Kebahasaansosial penduduk setempat
aman-aman saja tanpa friksi atau konflik yang terjadi. Budaya Melayu
masih kuat , tetapi berbeda dari budaya Melayu Malaysia. Dalam hal
interaksi sosial,telah terjadi perkawinan/percampuran darah di antara
berbagai etnis ( Melayu, Bugis, Jawa, Flores, dll.). Hubungannya dengan
warga asing telah terjadi interaksi sosial antarwarga masyarakat
perbatasan dengan warga Singapura (keturunan Melayu) karena hubungan
kekerabatan. Lebih jauh lagi telah terjadi pernikahan antara orang
Singapura (Melayu) dengan penduduk setempat. Lain halnya dengan daerah
yang mayoritas etnis Bugis (selain Melayu, Jawa,dll) kontak sosial
dengan masyarakat luar (Singapura dan Malaysia) boleh dikatakan hampir
tidak ada.Bahasa yang digunakan masyarakat perbatasan untuk sehari-hari
dalam pergaulan antaretnis adalah bahasa melayu. Bahasa yang digunakan
untuk pergaulan dalam kelompok etnisnya adalah bahasa daerah
masing-masing(Melayu, Bugis, Jawa, Bugis, dll.). Untuk situasi resmi
atau berhubungan dengan masyarakat luar adalah bahasa logat/ucapan dan
perbendaharaan kata. responden yang masih kental pengaruh bahasa Jawa
karena dia berasal Jawa Timur (Banyuwangi). Demikian pula responden
lain yang merupakan penduduk asli, etnis Melayu keturunan Bugis.
Beberapa di antara penduduk ada yang sedikit tahu bahasa Inggris
misalnya terlontar kata time, second, trip, dll. Hal ini dimungkinkan
karena datangnya wisatawan asing ke daerah itu. Tidak semua bahasa yang
ada pada suatu negara berperan sebagai pemersatu bangsa. Di Indonesia
ada bahasa Inggris dan bahasa daerah yang berpotensi melemahkan
persatuan bangsa. Yang dapat berperan sebagai pemersatu bangsa adalah
bahasa Indonesia. Implikasinya bahwa bahasa nasional harus terus
dipelihara dalam arti bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
terus dilakukan. Di samping peningkatan mutu penggunaan bahasa
Indonesia oleh orang Indonesia, perlu diperhatikan juga sikap rasa
cinta orang Indonesia pada bahasa Indonesia. Pengembangan bahasa
Indonesia menjadi bahasa yang sejajar dengan bahasa-bahasa modern.
Bahasa modern memiliki ciri kemudahan dan presisi pengungkapan makna.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Negara Indonesia adalah negara yang solid terdiri dari berbagai suku
dan bangsa, terdiri dari banyak pulau-pulau dan lautan yang luas. Jika
kita sebagai warga negara ingin mempertahankan daerah kita dari ganguan
bangsa/negara lain, maka kita harus memperkuat ketahanan nasional kita.
Ketahanan nasional adalah cara paling ampuh, karena mencakup banyak
landasan seperti : Pancasila sebagai landasan ideal, UUD 1945 sebagai
landasan konstitusional dan Wawasan Nusantara sebagai landasan
visional, jadi dengan demikian katahanan nasional kita sangat solid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar